Selamat Datang di Desa Seboto
Merti Desa
Sadranan
Bersih Desa

Tentang Desa Seboto

Desa Seboto adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Gladagsari, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Desa ini dikenal karena tradisi budaya yang kaya dan kearifan lokal yang masih terjaga dengan baik.

Salah satu tradisi yang menonjol di Desa Seboto adalah Merti Desa, sebuah upacara adat yang digelar sebagai ungkapan syukur atas hasil panen yang melimpah. Pada acara ini, warga desa membuat tujuh gunungan tumpeng yang berisi aneka hasil bumi. Gunungan-gunungan tersebut diarak keliling desa sejauh satu kilometer sebelum akhirnya diperebutkan oleh warga sebagai simbol berkah dan rasa syukur. 

Dengan kekayaan budaya dan tradisi yang dimiliki, Desa Seboto menawarkan pengalaman budaya yang autentik bagi siapa saja yang ingin mengenal lebih dekat kearifan lokal masyarakat lereng Gunung Merbabu.

VISI

“TERWUJUDNYA MASYARAKAT DESA SEBOTO YANG MAJU, MANDIRI ,SEJAHTERA LAHIR DAN BATIN DALAM KESEIMBANGAN BERBASIS PERTANIAN DAN PETERNAKAN”

MISI

1. Melestarikan dan mengamalkan pancasila ,budaya dan adat istiadat sebagai dasar bermasyarakat dan bernegara

2. Penguatan Aparat Pemerintah Desa Yang berfungsi sebagai Pelayan Masyarakat yang profesional sehingga terwujud Pemerintahan yang bersih ,transparan dan akuntabel

3. meningkatkan pemberdayaan masyarakat melalui lembaga kemasyarakatan yang ada dengan menggunakan asas gotong royong sebagai dasar pembangunan desa.

4. Meningkatkan Kualitas Sumber daya manusia dan memanfaatkan sumder daya alam untuk peningkatan kesejahteraan Masyarakat

5. Meningkatkan sarana dan prasarana infrastruktur di Desa

6. mengembangkan berbagai potensi unggulan desa terutama sektor pertanian dan peternakan dalam suatu sistem pembangunan agribisnis dengan basis ekonomi kerakyatan yang ditopang dengan menumbuh-kembangkan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi

7. mewujudkan desa kampung tamanku sebagai upaya pelestarian lingkungan hidup dan mengembangkan desa wisata


Sejarah desa Seboto dapat dibilang unik dan mengundang rasa penasaran apabila di bandingkan dengan sejarah berdirinya suatu tempat lainnya. Secara pasti desa Seboto dapat diketahui tahun berdiri/pembentukannya. Hal tersebut didukung dengan adanya prasasti yang sampai saat ini masih ada di lokasi komplek makam Pahlawan Prof. Dr. Soeharso.

Berikut adalah uraian sejarah desa Seboto yang telah dirangkum oleh tim Pemerintah Desa Seboto berdasarkan sumber dan bukti peninggalan sejarah.

Sejarah desa Seboto diawali pada masa perlawanan penjajah Belanda oleh Pangeran Diponegoro dan pengikutnya. Dalam suatu peperangan melawan penjajah Belanda pasukan yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro terpojok, banyak diantaranya meninggal dunia di medan perang dan tidak sedikit yang mampu menyelamatkan diri dari kekejaman penjajah.

Satu di antara sekian banyak prajurit Pangeran Diponegoro yang melarikan diri dari kejaran penjajah yaitu bernama Ki Niti Poero, tersesat di hutan lereng gunung Merbabu dan menemukan sebuah Goa yang pada kahirnya menjadi tempat persembunyian Ki Niti Poero. Goa tempat persembunyian tersebut oleh penduduk lereng gunung Merbabu disebut Goa Inderajit (yang pada saat ini menjadi dukuh Drajut).

Setelah beberapa lama bersembunyi di goa, Ki Niti Poero memberanikan diri untuk keluar dan mencoba membaur dengan masyarakat umum di desa dekat goa tempat persembunyiannya. Setelah Ki Niti Poero memastikan bahwa pasukan Belanda tidak lagi mengejarnya, beliau mulai beraktivitas bersama masyarakat desa. Setelah keberadaanya diterima dengan baik oleh warga desa, Ki Niti Poero akhirnya mengabdi kepada sesepuh desa yang bernama Ki Tjo Taroeno.

Selama pengabdiannya kepada Ki Tjo Taroeno, Ki Niti Poero merupakan pribadi yang baik, ulet, dan rajin dalam semua pekerjaan. Karena sifat dan sikapnya tersebut Ki Niti Poero mampu mengambil hati Ki Tjo Taroeno yang akhirnya menjadikannya tangan kanan dalam semua urusan. Ternyata bukan hanya Ki Tjo Taroeno ternyata warga desa pun memandang Ki Niti Poero sebagai sosok yang baik dan mempunyai wibawa. Ki Tjo Taroeno dan warga desa semakin dibikin takjub oleh Ki Niti Poero dengna keahlian yang tergolong langka kala itu. Ternyata Ki Niti Poero mempunyai bakat seni yang baik yaitu ahli dalam pembuatan tulisan-tulisan kaligrafi jawa.

Setelah Ki Tjo Taroeno meninggal dunia, warga desa kehilangan sosok sesepuh sekaligus panutan. Warga desa mulai kebingungan berusaha mencari penggantinya. Sesepuh desa mulai mengadakan pertemuan untuk membahas pengganti Ki Tjo Taroeno. Sosok seorang Ki Niti Poero yang memang telah lama berada di tengah-tengah warga dan tidak sedikit pengabdiannya kepada warga terlebih nama besarnya pernah berperang melawan penjajah bersama Pangeran Diponegoro membuatnya menjadi kandidat yang kuat. Pada akhirnya warga desa bersepakat mengangkat Ki Niti Poero menjadi Kepala Desa.

Dalam tugasnya sebagai Kepala Desa Ki Niti Poero mendapat predikat yang baik dari masyarakat, selain kepeduliannya terhadap sesama juga karena kepiawaiannya dalam mensejahterakan masyarakat. Seiring jabatannya sebagai Kepala Desa, disuatu waktu Ki Niti Poero menemukan sebuah tombak yang diberi nama “Koro Welang”, konon tombak tersebut mampu menambah kewibawaan sebagai Kepala Desa.

Sebagai Kepala Desa, Ki Niti Poero berfikir keras berupaya untuk meningkatkan taraf hidup warga desa. Satu di antara sekian banyak usahanya yang menjadi cikal bakal nama desa Seboto yaitu usahanya dalam mengajak warganya untuk membuat batu bata merah.

Dalam proses pembuatan batu bata merah selalu mengalami kegagalan. Percobaan demi percobaan hasilnya masih saja gagal, warga dan Ki Niti Poero sendiri mulai patah semangat. Kegagalan usaha pembautan batu bata merah tersebut ternyata dikarenakan tanah di desa banyak bercampur dengan pasir yang menyebabkan bata merah tidak dapat terbentuk dan kuat. Dari sekian banyak bata merah yang dibuat ternyata yang sempurna hanya satu.

Hal tersebutlah yang akhirnya menjadi cikal bakal nama desa Seboto yaitu karena Bata Merah yang sempurna hanya satu maka pada akhirnya desa tersebut diberi nama “SEBOTO”.

Peristiwa tersebut terjadi pada tahun Kuncoro Tri Sariro Tunggal, penjabarannya sebagai berikut:

Kuncoro: 1 (satu)

Tri: 3 (tiga)

Sariro: 8 (delapan)

Tunggal: 1 (satu)

Arti dari Kuncoro Tri Sariro Tunggal adalah tahun 1831.

Demikian uraian sejarah berdirinya Desa Seboto yang ternyata Desa Seboto didirikan oleh seorang pejuang kemerdekaan serta diawali dengan cerita yang penuh dengan semangat hidup tinggi penuh dengan gotong royong.


Penduduk Laki Laki

Penduduk Perempuan

Lembaga Masyarakat

Luas Wilayah (Ha)

Pengumuman

Course Meta
11 Mar 2025
Jadwal Rapat
Pengumuman 3

Ini adalah isi pengumuman yang bisa diedit

Course Meta
04 Mar 2025
Jadwal Rapat
Pengumuman 2

Ini adalah isi pengumuman yang bisa diedit

Course Meta
26 Feb 2025
Kegiatan Kelurahan
Pengumuman 1

Ini adalah isi pengumuman yang bisa diedit